Menikmati Keragaman dalam Terjemahan

September 22, 2014 § Leave a comment

                              http://www.nzdl.org

Terjemahan tidak selalu punya padanan yang mantap seperti layaknya terjemahan car untuk mobil, cat untuk kucing, dan water untuk air.  Baby yang cenderung identik dengan kata bayi pun bisa berarti panggilan sayang, jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Dengan kata lain, terjemahan tidak selalu bersifat timbal balik atau dalam ilmu bahasa, fenomena seperti ini disebut semantic gap.  Terkadang terdapat komponen makna yang tidak sama dalam suatu lema. Dalam contoh lain, alat kelamin punya penyebutan yang berbeda. Di Indonesia, penis jamak diasosiasikan dengan burung sementara budaya Amerika Serikat dan Inggris menyebutnya cock. Cock sendiri bisa berarti ayam jantan.

Topik penyebutan ini memang menjadi bahasan menarik tersendiri, di dalamnya tercakup juga soal kepantasan. Misal dalam kajian budaya, ada yang menyebut  penis tidak layak disandingkan dengan burung, entah karena alasan bentuk yang berbeda hingga alasan alat kelamin memang tidak ada hubungannya dengan hewan atau buah apapun.

Kembali ke persoalan semantic gap, budaya Indonesia mengenal berbagai jenis olahan padi, mulai dari beras hingga nasi. Sedang budaya Inggris dan Amerika Serikat hanya mengenal padanan rice untuk olahan padi, baik untuk yang belum maupun sudah diolah. Paddy sebagai padanan padi sendiri baru masuk dalam kamus bahasa Inggris sekitar tahun 1600-an. Istilah ini dimasukkan untuk mengakomodasi makna tanaman penghasil beras.

Di sisi lain, bahasa Indonesia hanya mengenal lema es untuk air yang membeku dan salju untuk menyebut butiran air yang membeku di udara dan jatuh ke bumi. Dalam bahasa Inggris, macam-macam salju memiliki istilah sendiri, hail untuk butiran salju atau sleet untuk salju yang mencair. Bahkan salju yang melapisi daratan pun punya istilah sendiri yaitu slush. Istilah tersebut belum termasuk snowflake dan thaw. Berhubung bahasa Indonesia belum memiliki padanan yang sesuai, penerjemah bisa menyampaikan bentuk terjemahannya sendiri, sejauh komponen makna yang dimaksud tercakup dalam terjemahan yang kita tawarkan.

Berdasarkan gambaran diatas, maka dalam terjemahan dikenal istilah terjemahan berterima/tidak berterima serta terjemahan betul/tidak betul.  Terjemahan berarti betul ketika kita menerjemahkan kereta sebagai train dalam konteks bahasa Indonesia, namun tidak dalam bahasa melayu. Terjemahan car untuk kereta sendiri berarti benar dalam bahasa melayu mengingat mobil memang disebut kereta di Malaysia. Selain itu, berterima tidaknya suatu terjemahan bergantung pada masuk tidaknya komponen makna  suatu lema yang dimaksud. Terjemahan serpihan salju untuk snowflake bisa jadi berterima mengingat serpihan memang berpadanan dengan flake, namun jika ada terjemahan lain yang ditawarkan penerjemah, selama terjemahan yang ditawarkan mencakup komponen makna yang dimaksud, boleh jadi terjemahan tersebut berterima.

Lewat semantic gap inilah, kita secara tidak langsung melihat dan menikmati berbagai keragaman. Bisa jadi suatu kali terjemahan kita lebih pas dari terjemahan orang lain dan kali lain terjemahan orang lain lebih pas dari terjemahan kita. Dengan menikmati beragam terjemahan, hasil terjemahan bisa jadi semakin pas dan berwarna.

Berdasarkan konsep semantic gap, blog ini dibuat bukan sekedar sebagai tempat mengiklankan jasa penerjemah, tetapi juga sebagai ajang memberi masukan bukan cuma buat saya tetapi juga untuk anda agar terjemahan yang kita sajikan bisa makin baik. Bahkan jika anda melihat ada yang kurang sesuai dalam coretan ini, anda bisa memberi masukan, tanpa perlu sungkan.

Leave a comment

What’s this?

You are currently reading Menikmati Keragaman dalam Terjemahan at penerjemah online kita.

meta